Borrowing Base merupakan istilah yang sering digunakan dalam trading maupun investasi, terutama dalam pengajuan kredit atau pinjaman pada pihak bank atau lembaga keuangan lainnya. Konsep ini mengacu pada nilai total aset yang digunakan oleh peminjam untuk menentukan besarnya jumlah pinjaman yang dapat diajukan.

Untuk memahami konsep borrowing base, pertama-tama peminjam harus mengetahui jenis-jenis aset yang dianggap dapat dijadikan jaminan dalam pengajuan pinjaman. Aset tersebut antara lain inventaris, piutang, properti, dan barang modal. Setiap jenis aset memiliki aturan dan batasan masing-masing dalam perhitungan borrowing base.

Dalam praktiknya, lembaga keuangan akan menentukan persentase tertentu dari nilai aset yang bisa dijadikan jaminan dalam pengajuan pinjaman. Persentase ini disebut dengan loan-to-value ratio (LTV). Besarnya jumlah pinjaman yang bisa diajukan oleh peminjam kemudian dihitung berdasarkan persentase LTV tersebut.

Perhitungan borrowing base bisa sangat kompleks dan memerlukan analisis yang cermat dari kedua belah pihak. Peminjam harus memastikan bahwa nilai aset yang digunakan untuk menghitung borrowing base memang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini penting untuk meminimalisir risiko yang mungkin terjadi, seperti penurunan nilai aset atau ketidakmampuan peminjam untuk membayar pinjaman.