Held Order dalam trading atau investasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana suatu order atau transaksi belum dieksekusi. Ketika seorang trader atau investor melakukan order untuk membeli atau menjual saham atau instrumen keuangan lainnya, mereka memberikan instruksi kepada broker untuk mengeksekusi transaksi tersebut. Namun, ada situasi di mana order tersebut tidak segera tereksekusi dan ditahan oleh broker untuk beberapa alasan.

Salah satu alasan yang umum untuk terjadinya held order adalah ketika terjadi ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan atas suatu instrumen keuangan. Jika jumlah yang ditawarkan (sell) oleh penjual lebih banyak dari jumlah yang diminta (buy) oleh pembeli, maka terdapat potensi untuk held order terjadi.

Situasi lain yang bisa menyebabkan terjadinya held order adalah ketika terjadi perubahan harga yang signifikan atau volatilitas tinggi di pasar. Ketika harga bergerak sangat cepat dan tidak stabil, broker mungkin memilih untuk menahan order sampai pasar menjadi lebih stabil dan likuiditas lebih tinggi.

Held order juga bisa terjadi ketika terjadi perubahan atau gangguan teknis dalam sistem perdagangan atau infrastruktur pasar. Misalnya, jika terjadi gangguan pada jaringan komunikasi atau sistem perdagangan, broker dapat memutuskan untuk menahan order sampai masalah tersebut dapat diperbaiki dan transaksi dapat dieksekusi dengan benar.

Penting untuk dicatat bahwa held order tidak selalu menjadi masalah. Dalam beberapa kasus, hal ini cukup umum dan dianggap sebagai bagian dari proses perdagangan yang wajar. Namun, juga penting untuk memahami bahwa ada risiko terkait dengan held order, seperti risiko perubahan harga atau kesempatan untuk melewatkan peluang perdagangan yang menguntungkan. Oleh karena itu, penting bagi seorang trader atau investor untuk memahami situasi yang menyebabkan held order terjadi dan menyesuaikan strategi mereka dengan baik.