Housing Bubble dalam trading atau investasi merujuk pada suatu fenomena di mana harga properti secara signifikan melebihi nilai intrinsiknya. Fenomena ini sering terjadi ketika permintaan pasar properti melebihi penawarannya secara dramatis, yang mendorong harga properti melambung tinggi. Namun, kenaikan harga tersebut tidak didukung oleh faktor-faktor fundamental yang mendasari pasar, seperti keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, pendapatan rumah tangga, atau daya beli yang memadai.

Dalam periode housing bubble, harga properti dapat meningkat dengan cepat dan mencapai level yang tidak realistis dibandingkan dengan pendapatan masyarakat atau nilai sebenarnya properti. Banyak orang tergoda untuk membeli properti dengan harapan mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat.

Namun, ketika bubble tersebut pecah, nilai properti jatuh drastis dan menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi pemilik properti, investor, dan sektor perbankan. Banyak yang harus menjual properti mereka di bawah harga beli agar bisa keluar dari kerugian.

Penyebab umum dari terjadinya housing bubble antara lain spekulasi berlebihan, pergeseran perilaku investasi, kebijakan moneter yang longgar, dan praktik pemberian kredit yang terlalu mudah. Faktor-faktor ini dapat menciptakan lingkungan di mana harga properti semakin melambung tinggi dan kekhawatiran tentang fundamental ekonomi dan nilai properti diabaikan.

Penting bagi investor dan trader untuk memahami konsep housing bubble ini karena dapat mempengaruhi keputusan investasi mereka. Mengenali indikator-indikator potensial dan melakukan analisis yang cermat dapat membantu melindungi dari risiko bubble property dan kerugian finansial yang mungkin terjadi.