Inverted Yield Curve adalah istilah yang digunakan dalam trading dan investasi untuk menggambarkan situasi di mana yield atau imbal hasil obligasi jangka pendek lebih tinggi daripada obligasi jangka panjang dengan tingkatan risiko yang sama. Biasanya, obligasi dengan jangka waktu yang lebih lama cenderung memberikan imbal hasil yang lebih tinggi karena memegang risiko investasi yang lebih lama. Namun, ketika yield obligasi jangka pendek lebih tinggi daripada obligasi jangka panjang, terjadilah penyelewengan atau kebalikan dari kondisi normal yang disebut dengan Inverted Yield Curve.

Inverted Yield Curve dianggap sebagai indikator yang penting dalam analisis ekonomi dan sering kali dianggap sebagai sinyal resesi ekonomi. Hal ini karena Inverted Yield Curve mengindikasikan kekhawatiran investor terhadap masa depan ekonomi dan tingkat inflasi. Ketika investor percaya bahwa ekonomi sedang mengalami perlambatan atau inflasi akan menurun, mereka cenderung melakukan divestasi dari investasi jangka panjang dan beralih ke investasi jangka pendek yang lebih aman. Inilah yang menyebabkan peningkatan permintaan dan harga obligasi jangka pendek serta penurunan imbal hasil obligasi jangka panjang, sehingga menciptakan kurva yield yang terbalik.

Sebagai indikator ekonomi, Inverted Yield Curve telah terbukti memiliki hubungan yang kuat dengan resesi. Banyak studi menunjukkan bahwa ketika Inverted Yield Curve terjadi, resesi biasanya akan terjadi dalam waktu satu hingga dua tahun ke depan. Hal ini membuat Inverted Yield Curve menjadi perhatian utama bagi pelaku pasar, termasuk trader dan investor, karena bisa memberikan petunjuk mengenai kondisi pasar yang akan datang.

Itulah gambaran tentang Inverted Yield Curve dalam trading dan investasi. Dalam sebuah kondisi di mana obligasi jangka pendek memberikan imbal hasil yang lebih tinggi daripada obligasi jangka panjang, Inverted Yield Curve dapat memberikan tanda bahwa resesi ekonomi mungkin terjadi dalam waktu dekat.