Labor Theory of Value (LTV) adalah teori ekonomi yang dikemukakan oleh para ekonom klasik, termasuk Karl Marx, yang berpendapat bahwa nilai sebuah barang atau jasa ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksinya. Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu benda atau jasa dibentuk oleh jumlah jam kerja yang digunakan dalam proses produksi, tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti permintaan atau utilitas.

Menurut LTV, jika dua barang membutuhkan waktu produksi yang sama, maka kedua barang itu memiliki nilai yang sama. Misalnya, jika sebuah meja memerlukan 10 jam tenaga kerja untuk diproduksi, dan sebuah kursi juga memerlukan 10 jam tenaga kerja untuk diproduksi, maka menurut LTV, meja dan kursi memiliki nilai yang sama. LTV berargumen bahwa faktor-faktor seperti permintaan pasar atau kualitas barang tidak mempengaruhi nilai sebenarnya dari barang tersebut.

Teori LTV juga berimplikasi pada kritik terhadap sistem kapitalisme. Dalam teori ini, nilai surplus yang dihasilkan dalam proses produksi, yaitu perbedaan antara nilai barang yang dihasilkan dan upah yang diberikan kepada pekerja, dianggap sebagai eksploitasi terhadap pekerja. LTV meyakini bahwa nilai surplus ini seharusnya diberikan kepada pekerja sebagai balas jasa atas tenaga kerja mereka.

Meskipun LTV telah dikritik dan secara umum tidak diterima dalam ekonomi neoklasik modern, teori ini masih menjadi bagian penting dalam pemikiran ekonomi. Beberapa ekonom berpendapat bahwa konsep-konsep yang terkait dengan LTV, seperti upah minimum, keadilan dalam pembagian kekayaan, dan ketidakseimbangan kekuatan dalam relasi antara pekerja dan pemilik modal, masih relevan dalam konteks sosial dan politik saat ini. Namun, dalam dunia trading dan investasi, konsep LTV jarang digunakan secara langsung, karena nilai sebuah aset lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor pasar dan permintaan pelanggan.