Liquidity Coverage Ratio (LCR), dalam trading dan investasi, merujuk pada ukuran kemampuan suatu lembaga keuangan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek dengan menggunakan aset yang cair. Rasio ini menjadi penting karena memastikan bahwa lembaga keuangan memiliki cukup likuiditas untuk mengatasi situasi darurat atau kegagalan pasar yang tak terduga.

LCR dihitung dengan membandingkan aset cair dengan kewajiban jangka pendek. Aset cair biasanya mencakup simpanan tunai dan sekuritas yang dapat dengan cepat dan mudah dijual dengan nilai yang stabil. Kewajiban jangka pendek mencakup pembayaran yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu singkat, seperti tagihan yang harus segera dibayarkan.

Secara umum, standar yang berlaku membutuhkan bahwa lembaga keuangan harus memiliki LCR setidaknya 100%, yang berarti aset cair harus setara atau lebih besar dari kewajiban jangka pendek. Hal ini menjamin bahwa lembaga keuangan memiliki cadangan likuiditas yang cukup untuk menutupi kewajiban jika terjadi kegagalan pasar yang parah atau situasi darurat. Jika LCR di bawah 100%, maka lembaga keuangan dapat dianggap menghadapi risiko likuiditas yang tinggi.

LCR sejalan dengan peraturan dan persyaratan yang ditetapkan oleh otoritas keuangan. Otoritas pengawas biasanya mewajibkan lembaga keuangan untuk mematuhi rasio ini sebagai bagian dari upaya untuk mengelola risiko likuiditas dan meminimalkan potensi keruntuhan sistemik yang dapat merugikan ekonomi secara keseluruhan.

Dalam praktiknya, lembaga keuangan biasanya memiliki LCR yang jauh di atas 100% untuk menghindari risiko dan menjaga kestabilan keuangan mereka. LCR yang tinggi menunjukkan bahwa lembaga keuangan memiliki likuiditas yang kuat dan dapat diandalkan saat menghadapi situasi sulit.