Teori Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference Theory) adalah teori yang dikemukakan oleh ekonom terkenal John Maynard Keynes dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money pada tahun 1936. Teori ini menjelaskan hubungan antara likuiditas uang dan tingkat suku bunga.

Menurut teori ini, investor memiliki kecenderungan untuk lebih memilih likuiditas daripada ketersediaan investasi yang menguntungkan. Alasannya adalah karena likuiditas uang memberikan fleksibilitas dan kepastian dalam melakukan transaksi keuangan, sedangkan investasi memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi. Dalam konteks trading dan investasi, teori ini berarti bahwa investor cenderung memilih untuk memiliki uang tunai atau aset yang mudah diuangkan daripada menginvestasikan uang mereka dalam instrumen investasi yang tidak likuid.

Dalam trading, preferensi likuiditas dapat mengarah pada pergerakan pasar yang menguntungkan bagi investor. Ketika tingkat suku bunga rendah, investor cenderung memilih untuk berinvestasi dalam aset yang lebih likuid seperti mata uang atau surat berharga jangka pendek. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga naik, investor cenderung lebih memilih untuk menyimpan uang dalam instrumen likuid seperti deposito atau obligasi jangka panjang yang memberikan hasil yang lebih baik.

Lebih lanjut, teori ini juga mengatakan bahwa tingkat suku bunga akan meningkat ketika permintaan akan uang tunai meningkat. Jika investor lebih memilih likuiditas daripada investasi, mereka akan memilih untuk menyimpan lebih banyak uang daripada menginvestasikannya. Akibatnya, tingkat suku bunga akan meningkat karena makin tingginya permintaan akan uang tunai.

Secara keseluruhan, teori preferensi likuiditas sangat relevan dalam trading dan investasi karena menjelaskan bagaimana preferensi investor terhadap likuiditas mempengaruhi pergerakan pasar dan tingkat suku bunga. Dengan memahami teori ini, investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik dan memanfaatkan pergerakan pasar dengan lebih efektif.