Load fund merupakan jenis reksa dana yang mengenakan biaya atau beban penjualan kepada investor saat pembelian atau penjualan unit penyertaan. Biaya ini dikenal sebagai load atau beban penjualan. Load fund dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu load front-end dan load back-end.

Load front-end, juga dikenal sebagai sales charge, dikenakan pada saat pembelian unit penyertaan reksa dana. Besarnya beban penjualan ini umumnya dinyatakan dalam persentase dari total investasi. Sebagai contoh, jika load front-end sebesar 5%, maka saat membeli reksa dana senilai Rp 1.000.000, investor akan dikenai biaya Rp 50.000. Jumlah tersebut akan dikurangkan dari investasi awal.

Load back-end, juga dikenal sebagai contingent deferred sales charge (CDSC), dikenakan saat investor melakukan penjualan unit penyertaan reksa dana. Biaya penjualan ini berkurang seiring dengan waktu. Misalnya, jika investor menjual unit penyertaan setelah satu tahun, biaya penjualan mungkin sebesar 5%, namun akan berkurang menjadi 4% jika penjualan dilakukan setelah dua tahun. Setelah sejumlah tahun tertentu, load back-end akan mencapai nol.

Tujuan dari penerapan beban penjualan ini adalah untuk mengompensasi pihak-pihak yang terlibat dalam distribusi reksa dana, seperti perantara keuangan atau agen penjual. Beban penjualan ini juga bisa digunakan untuk mempromosikan penjualan produk investasi, yang pada gilirannya dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi bagi manajer investasi.

Sebagai investor, penting bagi Anda untuk memperhatikan beban penjualan saat memilih jenis reksa dana. Jika Anda berencana untuk berinvestasi jangka panjang, misalnya lebih dari lima tahun, reksa dana tanpa beban penjualan atau dengan load back-end yang berkurang seiring waktu mungkin lebih menguntungkan. Namun, untuk investasi jangka pendek atau jika Anda ingin keluar dari investasi dalam waktu dekat, reksa dana dengan load front-end lebih tepat.